Generasi Bebas
     Pandangan Hidup
     Misi Hidup
     Tingkat Moral
     Mencari Kebenaran
     Menilai Kebenaran
     Orang Indonesia
     Don't Care
     Phase Cinta
     Kebutuhan Utama
     Mengapa Jahat
     Adil = Unik
     Tujuan Hidup
     Komunikasi...
     Penyakit Politik
     Sistem Berpikir
     Kendali Pikiran
     Kebodohan
     Sukses = Berubah
     Iman & Kebenaran
     Kunci Sukses
     Pemerintah Idola
     Sex Education
     Ilmu & Kebenaran
     *sekilas
     *pulang kampung
     *share
     *Buku Tamu
     *kontak admin



Novel "GENERASI BEBAS" - Komunikasi...


14

KUNCI KOMUNIKASI YANG BAIK

 

Orang Balikpapan menyebutnya “Melawai” untuk salah satu tempat nongkrong di sore hari yang berada di tepi pantai selat Makassar tersebut.

Ditempat ini para pengunjung biasanya bisa menikmati hidangan ringan seperti ronde (campuran susu hangat, jahe, biskuit), jus, susu soda, bakso dan sebagainya.

Cerahnya sore itu seakan memberi restu kepada Aris dan ibunya untuk memujudkan rencana mereka nongkrong di Melawai itu, sebelum mereka ke rumah pak Anton, karena kebetulan dalam perjalanan menuju rumah pak Anton melewati Melawai.

Seperti yang diharapkan, Aris dan ibunya tiba di Melawai tepat saat keindahan sunset mulai memancar, menyentuh suasana hati ibu Nuyami, “mama jadi rindu di kampung, di gunung Abuq, mama sering menikmati matahari terbenam sambil berinternet dengan ponsel karena digunung itu sinyalnya kuat.”

“Menikmati keindahan alam nampaknya salah satu cara bagi kita menjalin hubungan dengan alam atau benda-benda alam, ya kan ma?” Aris coba menghubungkan dengan pembicaraan mereka kemarin.

“Benar Ris, karena bagaimana mungkin seseorang bisa berbahagia dalam hidupnya jika dia tidak bisa menikmati keindahan alam…tidak menyayangi alam.”

“Aku kira ada banyak orang didunia ini yang tidak menyadari bahwa ternyata kebahagian adalah soal hubungan dimana komunikasi yang baik sangat berperan untuk mencapai kebahagian dalam hidup.” Aris nampak menemukan kebenaran dari pemikiran ibunya.

“Betul Ris, kita tidak bisa menyangkal itu, bahwa mengapa hidup kita penuh masalah, mengapa kita selalu merasa tidak bahagia, mengapa kita merasa tidak adil, tidak lain, karena hubungan kita kurang baik dengan orang lain, dan mengapa hubungan kita kurang baik karena kita tidak membangun komunikasi yang baik dengan orang lain.

Ada tiga pondasi untuk membangun komunikasi yang baik dengan orang lain, yaitu:

 

1.    Peka, mama ingat seorang teman yang sering curhat kepada mama, dia mengatakan bahwa keluarganya dan orang-orang disekitarnya tidak pernah baik kepadanya, pedahal dia sudah berusaha berbuat sebaik mungkin. Mama sempat heran juga karena dia memang orang baik, jujur, dan taat beragama tetapi setelah mama perhatikan ternyata dia terlalu polos dan kurang peka.  Dia tidak pernah berpikir apakah perkataannya bisa menyinggung perasaan orang lain,  atau mempertimbangkan dengan siapa dia berbicara, bagaimana mengendalikan arah pembicaraan. Ketika teman ini masuk rumah sakit jiwa, mama pun mulai sadar bahwa tidak peka itu masalah besar dalam hidup.  Kepekaan ada hubungannya dengan kemampuan berpikir, tetapi kita bisa berlatih agar lebih peka, karena setidaknya ada dua penyebab mengapa tingkat kepekaan seseorang terlalu rendah yaitu keegoisan dan kemalasan berpikir. Atau sederhananya orang yang tidak peka terhadap orang lain ada dua jenis yaitu ada yang memang tidak peduli orang lain karena egois tetapi ada juga karena ‘pikiran tidak sampai.’ Tentu kita tidak akan ngomong soal orang yang egois karena sudah jelas, tetapi kita akan cari cara melatih kepekaan bagi yang malas berpikir. Disini mama sudah menemukan setidaknya lima cara yaitu: (1) hindari banyak bicara, karena bagaimana orang tau kalau seseorang itu lugu atau bodoh lebih cendrung dari kata-katanya. Pokoknya, orang akan lebih mudah menilai kita dan cepat bosan kepada kita jika banyak bicara, sebaliknya jika kita bersikap cool maka ini akan memberi nuansa misteri di diri kita, sehingga orang semakin penasaran dengan kita.  (2) Belajarlah menganalisa, jika ada sesuatu yang tidak dimengerti atau aneh, jangan langsung bertanya kepada orang lain, tetapi analisa terlebih dahulu, karena jangan sampai apa yang ingin kita tanyakan itu ternyata sudah jelas jawabannya, atau sudah dikatakan, atau pertanyaan yang terlalu sederhana. Jika kita sering menanyakan sesuatu yang terlalu sederhana maka kita akan selalu dibodohin oleh orang lain. (3) Tirulah orang yang pintar berbicaranya, latihlah mengikuti intonasi orang yang pintar itu, karena kadang salah satu daya tarik utama dari omongan seseorang terletak pada nada bicaranya. Dulu mama sering berlatih mengikuti intonasi K.H. Zainudin MZ, Aa Gym dan yang lainnya. (4) Banyak baca buku, sekaligus perbanyak kosa kata, karena orang mau dan rajin belajar pasti pintar, dan orang yang pintar pasti akan didengar oleh orang lain. (5) Kurangi menonton TV, karena banyak menonton TV membuat seseorang jadi egois, seperti merasa kurang tertarik mendengar omongan orang lain, lebih suka menyendiri didepan TV dan sebagainya. Orang yang begini jangan harap disukai oleh orang lain.

 

2.    Rendah hati, yang artinya tidak merasa diri lebih pintar, lebih baik dan hebat dari orang lain. Ini memang sulit tetapi ‘kerendahan hati’ itu setidaknya bisa ditunjukkan dengan selalu memilih kalimat-kalimat diplomatis, terutama ketika menasehati atau menegur orang lain. Karena ada orang yang suka mengunakan kata-kata nasehat seperti: ‘jangan begitu,’ ‘ga boleh begitu,’ ‘tidak baik itu,’ ‘jahat itu.’ Orang yang sering menggunakan kata-kata itu jangan harap akan disenangi oleh orang lain karena orang yang begitu akan dianggap sok tau atau sok baik oleh orang lain. Bagi anak-anak kata-kata itu masih pantas, tetapi kepada anak remaja apalagi orang tua itu adalah kata-kata orang munafik. Karena orang yang sudah dewasa paling tidak suka disalahkan dan dinasehati, untuk itulah kita harus belajar selalu mengunakan kata-kata diplomatis agar tidak menyinggung perasaan orang lain. Jelas bahwa menjadi rendah hati itu sesungguhnya sangat sulit, kadang seseorang harus melewati pengalaman tertentu agar bisa rendah hati.

 

3.    Fleksibel, pada poin peka, kita coba menggali bagaimana agar kita bisa berpengaruh, bagaimana agar kita dianggap pintar, bagaimana agar kita menjadi sosok misterius yang menarik perhatian, bagaimana agar kita tidak direndahkan, dan sebagainya. Kemudian pada poin kedua, yaitu rendah hati, kita menggali bagaimana kita menghadapi perbedaan, bagaimana menghindari salah paham, bagaimana agar keunggulan kita tidak menimbulkan iri hati dan sebagainya. Nah, pada poin ketiga ini, atau poin fleksibel, justru bagaimana agar kita bisa beradapsi dengan orang yang lebih berpengaruh, lebih kaya, lebih terhormat ataupun pimpinan kita. Karena kadang mereka meminta kita melakukan sesuatu yang bertentangan dengan hati nurani kita, saat seperti inilah kita harus ‘fleksibel’ atau ‘cerdik seperti ular tetapi tulus seperti merpati.’ Bagaimana caranya, mungkin kapan-kapan kita ngomongnya lebih lanjut.”

 

“Baiklah, ayo kita kerumah pak Anton!” Aris langsung berdiri menuju salah seorang penjual untuk membayar yang telah mereka pesan.


Terima kasih kepada: 27 visitors (31 hits) di halaman ini.

This website was created for free with Own-Free-Website.com. Would you also like to have your own website?
Sign up for free