Generasi Bebas
     Pandangan Hidup
     Misi Hidup
     Tingkat Moral
     Mencari Kebenaran
     Menilai Kebenaran
     Orang Indonesia
     Don't Care
     Phase Cinta
     Kebutuhan Utama
     Mengapa Jahat
     Adil = Unik
     Tujuan Hidup
     Komunikasi...
     Penyakit Politik
     Sistem Berpikir
     Kendali Pikiran
     Kebodohan
     Sukses = Berubah
     Iman & Kebenaran
     Kunci Sukses
     Pemerintah Idola
     Sex Education
     Ilmu & Kebenaran
     *sekilas
     *pulang kampung
     *share
     *Buku Tamu
     *kontak admin



Novel "GENERASI BEBAS" - Tingkat Moral


4

TINGKAT MORAL

 

Karena hujan rada deras malam itu, maka rencana ke diskotik pun dibatalkan, namun sehabis makan malam, disaat Aris duluan duduk didepan TV, Aris sangat kaget ketika ibunya muncul dari kamar tidurnya dengan sebotol bir di tangannya.

“Mau?” ibunya langsung menawarkan dengan sedikit senyuman.

“Ngak ah! Darimana saja mama dapat itu?” Aris bertanya dengan suara tegas.

“Mama beli di Samarinda dalam perjalanan kesini hari itu…” ibunya menyahut  enteng sambil membukakan tutup botol bir itu.

“Kenapa sih mama harus minum itu, apa mama sulit tidur?” Aris nampak resah.

“Ngak, mama hanya ingin merasakan minuman seperti ini.” ibunya menyahut seadanya sambil meneguk minuman itu, “wuh!” ibunya memejamkan matanya, “pahitnya!”

Aris hanya terdiam, seakan tidak mendengar keluhan ibunya, namun kemudian dia berkata dengan nada kesal, “aku heran, mama kan tau itu tidak baik, kenapa harus dicoba sih?”

“Mama bertekad ini yang pertama dan terakhir bagi mama minum minuman seperti ini, ya, tidak lebih dari hanya mencoba saja,” ibunya berkata sambil menahan rasa pahit.

“Ya, kalau bisa, tetapi biasanya banyak orang justru kecanduan…” Aris menunjukkan kekesalannya.

“Ris…banyak orang yang tidak pernah minum minuman seperti ini, bahkan begitu lantang mengatakan  sebagai minuman yang haram, orang yang kelihatan taat beragama tetapi mengganggap halal pelecehan seks, selingkuh, mengganggap baik pandang bulu…” ibunya mulai membela diri.

“Ah, bukan begitu caranya jika mau protes dengan orang-orang yang munafik ma” Aris merasa mengerti maksud ibunya. Karena sebelumnya ibunya pernah bercerita kalau dia benci dengan orang-orang munafik dikampung sana, kadang mereka justru tokoh-tokoh agama.

“Tentunya saja, tetapi dengan pengalaman mencoba seperti ini mama akan bisa mengerti perspektif orang-orang yang dianggap tidak baik dalam masyarakat, dan jika mungkin kelak mama bermaksud mau menyadarkan mereka maka  mama bisa menemukan cara dan ungkapan yang lebih tepat.” Sambil berkata ibunya terus meneguk minuman itu sampai lewat tengah botol.

Melihat ibunya begitu bersemangat minum minuman itu, tiba-tiba muncul dibenak Aris rasa penasaran, “apa yang akan terjadi kepada ibu” namun sepertinya ibunya normal-normal saja, tidak seperti orang mabuk yang pernah Aris lihat yang omongannya ngawur. Sekedar untuk menguji kenormalan pemikiran ibunya itu, Arispun mulai menanyakan sesuatu kepada dia: “ma, kenapa ada orang jahat didunia ini?”

“Pertanyaan yang rumit, tetapi baiklah, kalau dikelompokkan berdasarkan tingkat moral, maka manusia didunia dapat dibagi menjadi tiga tingkat, yaitu:

 

1.      Animalis, atau orang yang bisa kita katakan sebagai orang yang amoral atau tidak bermoral, yang dalam hidupnya cendrung untuk selalu berbuat jahat.

2.      Manusiawi, ini adalah orang yang pada umumnya, yaitu yang berbuat baik kepada orang lain yang baik kepada mereka, tetapi bisa membalas yang jahat kepada orang yang berbuat jahat kepada mereka.

3.      Orang yang beragama, yaitu orang yang mampu berbuat baik kepada semua orang termasuk  kepada orang yang berbuat jahat kepada mereka.

 

Benarkan begitu? Duh, sori ya, mama udah sangat ngantuk nich, kapan-kapan kita ngomong soal itu lagi ya, sekarang mama dah ngantuk banget,” ibunya menghabisi bir itu.

“Jadi, kalau seseorang tidak bisa berbuat baik kepada setiap orang berarti dia belum beragama gitu?” Aris coba mendalami maksud ibunya.

“Iya, karena menurut kamu istilah apa yang tepat untuk orang yang sanggup berbuat baik kepada semua orang, tanpa pandang bulu, tanpa menjudge seseorang, selain orang yang beragama?” ibunya langsung menuju kamar tidurnya.


Terima kasih kepada: 34 visitors (39 hits) di halaman ini.

This website was created for free with Own-Free-Website.com. Would you also like to have your own website?
Sign up for free