Generasi Bebas
     Pandangan Hidup
     Misi Hidup
     Tingkat Moral
     Mencari Kebenaran
     Menilai Kebenaran
     Orang Indonesia
     Don't Care
     Phase Cinta
     Kebutuhan Utama
     Mengapa Jahat
     Adil = Unik
     Tujuan Hidup
     Komunikasi...
     Penyakit Politik
     Sistem Berpikir
     Kendali Pikiran
     Kebodohan
     Sukses = Berubah
     Iman & Kebenaran
     Kunci Sukses
     Pemerintah Idola
     Sex Education
     Ilmu & Kebenaran
     *sekilas
     *pulang kampung
     *share
     *Buku Tamu
     *kontak admin



Novel "GENERASI BEBAS" - Orang Indonesia


7

ORANG INDONESIA

 

Hari minggu adalah hari tidur-tiduran bagi Aris, karena itu begitu pulang dari pasar dia langsung masuk ke kamarnya, namun seperti biasanya, baca-baca buku atau SMSan dulu untuk mengundang kantuk. Dia pun tertidur sampai menjelang sore.

Begitu terbangun, meskipun matanya belum sepenuhnya terbuka namun dia cepat-cepat keluar kamar, seperti ada sesuatu yang harus segera dia sampaikan kepada ibunya.

Matanya mulai melar setelah melihat ibunya lagi asyik nonton TV diruang tamu, “seperti yang aku duga pasti mama seharian nonton TV kan?”

“Ada gempa bumi hebat di Sulawesi Utara loh…” ibunya coba berbicara soal berita untuk menunjukkan bahwa dia tidak hanya sekedar nonton senetron atau acara infotainmen lainnya.

“Oh ya, ngeri juga kita ini, selalu saja terjadi bencana, ada apa dengan kita orang Indonesia ini?” Aris bertanya seenaknya dalam kondisi setengah sadar, tapi matanya sedikit melotot.

“Kalau aku adalah Tuhan maka bangsa Indonesia adalah bangsa yang paling aku tidak suka, karena mengaku negara beragama, ketat beragama, tetapi hidup secara sekuler, berbudaya sekuler.” Ibunya sepontan berfilsafat lagi, “teman mama pernah bercerita, kalau dia malah tergoda dengan beberapa cewek berjilbab ketika dia di Bandung, karena meskipun mereka berjilbab tetapi mereka juga pake baju ketat dan jean ketat.”

“Nah, mama kan tau kalo pake pakaian ketat itu menggoda, tetapi kenapa mama suka pake yang begitu,” Aris merasa menemukan kesempatan untuk menegur ibunya.

“Mama kan orang Indonesia, jadi meskipun beragama namun gaya dan budaya hidup mama tetap sekuler, liat aja di TV itu,  setelah acara keagamaan, ada acara gosip, apalagi di situs internet diatasnya menu keagamaan dibawahnya link menuju konten pornographi.” Ibunya setengah tertawa.

“Hah…mama kok tau internet segala,” dengan sedikit bergurau tetapi sedikit penasaran.

“Iyalah, mama dulu pernah selingkuh dengan seorang lulusan ITB Bandung, dia pernah meneliti tentang hutan di kampung kita, dia ajarin mama berinternet, pokoknya kamu tidak bisa nyangkal kalo mama orang modern kan?” ibunya tersenyum.

Aris terdiam, dengan gaya tidak percaya, “gitu rupanya mama…aku ngak nyangka kalau mama begitu, kok bisanya mama dengan orang itu? Siapa namanya?” Aris menelan ludah.

“Ah, kita tidak perlu bicarakan orang itu, mama hanya mau kasih tau bahwa begitulah kelakuan mama dulu, kamu mungkin tidak suka, tapi begitu juga mama tidak suka dengan ayah mu dulu, yang selalu mau menang sendiri, pemarah, tidak ada rasa kasihan, tidak romantis…Makanya pernah ketika kami dua almarhum ayah mu dulu pergi berobat ke Tenggarong. Dokter minta agar air seni ayah mu diperiksa, jadi dia kasih ayah mu sebuah botol sebagai tempat untuk sisain air seninya, namun ayah mu taruh sembarangan di kamar mandi sehingga kesenggol mama, semuanya pun tumpah. Mama mau kasih tau ayah mu tapi takut dia marah-marah, setelah lama mikir, daripada pusing juga, mama ganti aja dengan air seni mama.”

“Ah kok bisa sih?” Aris memotong.

“Iya, makanya setelah diperiksa, si dokter bertanya kepada ayah kamu, ‘benarkah ini air seni bapak?’ dengan kesal ayah mu menjawab, ‘iyalah memang kenapa?” dengan sedikit tersenyum dokternya berkata sambil melihat  ke arah mama, ‘kalau begitu dari hasil pemeriksaan kami, bapak ternyata hamil’ mendengar itu, ayahmu langsung kaget dengan setengah berteriak ‘apa?’ dan kemudian ayah mu marah kepada mama dengan berkata: ‘tuh, gara-gara kamu diatas aku yang jadi hamil.’ Maksud ayah mu itu gara-gara posisi mama sering diatas waktu main sehingga dia yang jadi hamil.”

Aris tidak bisa menahan tawa mendengarnya, “ayah ada-ada aja, dasar buta huruf, mana mungkin laki-laki hamil…” lanjut tertawa.


Terima kasih kepada: 31 visitors (36 hits) di halaman ini.

This website was created for free with Own-Free-Website.com. Would you also like to have your own website?
Sign up for free